Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, diceritakan bahwa Bangsa Terpilih sering kali menghayati rasa satu bangsa, satu Tuhan, satu negeri, satu tempat ibadat, dan satu tata hukum (bdk Ul 12). Dari sejarahnya ternyata mereka bersatu, mereka menjadi kuat, sanggup mengalahkan musuh, dan menjadikan dirinya bangsa yang jaya dan perkasa. Tetapi, ketika semua tidak saling bersatu, maka hancurlah bangsa. Gampang dihancurkan oleh bangsa lain.
Pada perjanjian baru, diceritakan tentang Yesus yang ingin mempersatukan bangsanya manjadi suatu kerajaan yang bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa betapa sulit mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya (Mat 23 : 37-38)
Pada waktu zaman Yesus, orang Yahudi dan orang Samaria saling bermusuhan. Orang Yahudi menganggap orang samaria itu tidak asli Yahudi, tetapi setengah kafir. Akibatnya mereka tidak saling menyapa dan saling menaruh curiga. Tetapi Yesus, tetap saling menyapa orang Yahudi maupun orang Samaria. Karena Yesus tidak pernah membedakan orang dari ras, suku, jenis kelamin maupun dari hartanya. Di mata Tuhan, tidak ada orang yang lebih mulia ataupun lebih rendah.
0 komentar:
Posting Komentar